Rabu, 10 Oktober 2012

Personal VS General

Selamat pagi .... "suara guru kelas mengawali kegiatan" anak2 menyambut dengan suara keras, bersemangat.
Pgi ini, saya yang mengawali kegiatan di kelas, sebagai guru ekstrakurikuler tepatnya menggambar. saya lebih sennag dengan kelas seni tapi ntah bagaimana awalnya ekstrakurikuler di sekolah lokal namanya :"melukis". Pdahal sungguh jauh dari kegiatan melukis. kita lebih tepat di sebut kelas menggambar dan mewarnai. kalo dari nama yang tercantum di kurikulum saja sudah nggak berpijak dan nauh dari kegiatan yang di maksud agak mencurigakan apa yg bikin kurikulum tau seluk beluknya kegiatan yang dimaksud. meskipun...saya pribadi nggak begitu mendalami seni lukis tapi sedikitnya tau yang di maksud menggambar dan melukis. sama-sama seni tapi beda kamar :)

dan pagi itu...pagi entah ke berapa, di tahun kesekian saya mengajar di sekolah lokal. Guru kelas menyerahkan kegiatan kelas ke saya. Beliau-beliau yang mengawasi sesekali membantu murid. Nah...mulai kita simak kejadian di kelas ya...saya selalu siap dengan appaun yang terduga dan tidak :-)

pagi di sekolah lokal, berbasis islam. Sekolah taman kanak-kanak. sekolah awal anak-anak ini berpijak di kaki mereka bernama kemandirian. ya seharusnya kemandirian, moral2 kehidupan dan lebih lagi KEPERCAYAAN DIRI-lah yang seharusnya di tanamkan. Bahasa spanyolnya: karakter (haha..kiding)

Dan saya guru menggambar-yang beliau-beliau sebut guru lukis. what ever !!!
Tetap...bagi saya, saya adalah guru: di gugu dan ditiru. Tetap dalam kerangka berpikir saya, saya aalah guru TK guru anak-anak yang mempunyai tanggung jawab menanamkan niali-nilai dasar pada mereka. Bocah yang besok akan menjadi pemimpin diri mereka sendiri menghadapi HIDUP dan kehidupan. mhhh..berat ya ???... (make it fun !! :-)

Setelah salam. Saya main tebak-tebakan. jawaban tebakannya adalah materi hari itu. dan sedikit bahsan pembuka kemudian kita mulai menggambar dan mewarnai.
Ada anak yang masuk sekolah sudah paham peraturan, bisa melakukan kegiatan kelas sendiri tapi ada juga yang belum bisa. Di anak-anak yang belum bisa inilah...sebagai guru harusnya mempunyai hati untuk menanamkan rasa percaya pada anak bahwa mereka "BISA" melakukan kegiatan. Dan memberi keyakinan dan jaminan bahwa Guru akan memberi kesempatan anak mencoba, menunggu anak sesuai waktu yang di butuhkan dan memberi reward ucapan dukungan bahkan elusan dan pelukan.

Nita, sebut saja begitu. Terlihat selalu bimbang dan tidak focus. tergesa-gesa. Dan 30menit berllau beberapa anak selesai mewarnai, mereka siap cuci tangan dan makan.
 Nita terlihat lebih tak focus. berkali-kali bilang: "mss.endit...aku nggak bisa"
dan berkali-kali guru kelas bilang:'Nita kebiasaan deh, nggak selesai"
atau
:" ayo nita jangan malas, kerjakan sendiri" kadang guru kelas bilang:"emang gitu mss dia nggak bisa ngerjain kalo nggak di bantu"

saya yakin, anak sekecil nita belum bisa membedakan nggak bisa dengan tergesa ingin selesai seperti temannya yang siap makan. Tugas orang dewasa lah yang memberi pengertian. Pertama saya dekati nita karena anak di kelas tinggal 3 yang belum selesai. semua terlihat makin gugup macam kita jaman kecil tertinggal di kelas yang lain sudah selesai dengan lembar ujiannya. saya ingat pasti moment seperti itu pingin nangis, pingin pipis, pingin lari meluk ibu. Jadi anak-anak ini ingin ketiganya juga pikir saya...
dan masih yakin mereka bisa...

Saya pindahkan duduk mereka berdekatan memudahkan saya membagi perhatian.
Saya tatap mata mereka bergantian, saya bilang: "teman-teman yang lain siap makan. nita, akbar dan joy siap makan? (mereka mengagguk) "OKE, caranya selesaikan gambar dan warnanya, mss endit tunggu sampai semua selesai. kerjakan yang nyaman jangan tergesa. mss endit akan tunggu" saya bagi pandangan saya bergantian. anak yang terlihat paling cemas nita. saya pegang pipinya "nita, nita bisa kerjakan. mss endit akan tunggu." dari wajahnya sudah terlihat agak rileks. dan anak-anak melanjutkan pekerjaannya. dari semua nita lebih lama dan terakhir selesai. Setiap anak yang selesai saya pegang tangannya tatap matanya.
saya akan tanamkan ke mereka dengan ucapan tegas, rileks tapi berarti: "alhamdulillah sudah selesai joy pintar. joy bisa kerjakan tanpa di bantu" Setiap anak sudah nggak kelihatan lagi cemasnya. terlihat mereka nggak gugup lagi. dan terakhir nita...saya pegang bahunya:"subhanalloh, nita sudah selesai. seneng ya bisa kerjakan sendiri?" heyy !!! dia sudah bisa tersenyum, dan matanya tenang melihat gambarnya. gerakannya nggak gugup dan sudah terarah. saya tambahkan:"nita sudah bisa kerjakan sendiri. karena nita memang sudah mampu. kalo teman sudah selesai nita belum nita perlu mss tunggu informasikan saja mss akan tunggu ya nak"  saya infokan untuk merapikan alat gambarnya dan cuci tangan bersiap makan. gerakannya berbeda saat nita nggak mendapat dukungan dan jaminan hak-nya...

Saya hanya tau apa rasanya tertinggal di kelas oleh teman-teman yg lebih dulu selesai lembar kerjanya. Empati...itu yang saya alirkan ke nita, joy dan akbar.

Dan bila ketika keluar kelas saya mendapat teguran untuk bisa lebih tegas supaya anak-anak bisa lebih cepat. wajar saja, beda kepala beda isi beda aplikasi. tapi bila masih dengan pola lama, konvensional dan mendidik penuh ancaman, tekanan dan nggak berempati....jadi kemana perginya ion-ion kalimat yang kita dapat saat seminar pendidikan????....

Ayo buka mata, buka hati...siapkan banyak pelukan buat setiap anak karena mereka perlu penguatan dari HATI. semua bermula saat ini...bukan saat pelajar brutal lalu mencari sebab. Mereka nggak kenal potensi positif idri mereka...AYO TANAMKAN SEJAK DINI !!!!

*tepokjidat*




Tidak ada komentar: